Jumat, 23 Oktober 2009

TANDA DATANGNYA KIAMAT - 21 DESEMBER 2012 ???

Banyak sekali prediksi tentang hari kiamat. Walaupun hal ini bukan sesuatu yang baru, bahkan bangsa Sumeria (Samara) peradapan yang paling tua dimuka bumi pun memprediksi ada nya malapetaka yang luar biasa akan menimpa planet ini sejak ribuan tahun yang lalu. Masih banyak lagi kitab-kitab kuno dari berbagai agama dan kepercayaan didunia ini yang telah mencatat tentang akan datang nya malapetaka yang luar biasa dahsyat nya.

Beberapa tahun terakhir ini, berita ini kembali ramai dibicarakan orang, terutama di internet. Sebagai kaum muslimin, bagaimana kita menyikapi hal ini?,

Didalam Islam, kita hukum nya wajib mengimani tentang kedatangan kiamat ini. Karena iman kepada hari kiamat adalah salah satu dari rukun iman. Tentang kapan tiba nya hari kiamat , Allahu a’lam. Sebagai mana dikatakan didalam Al-Qur’an, yang memiliki pengetahuan tentang kapan datang nya hari kiamat itu hanya Allah Jalla wa ‘Alaa.

Meskipun demikian, dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa kiamat itu sudah dekat.
“Allah-lah yang menurunkan kitab dengan (membawa) kebenaran dan (menurunkan) neraca (keadilan). Dan tahukah kamu, boleh jadi hari kiamat itu (sudah) dekat.”
(Al-Qur’an: 42:17)

Walaupun tidak ada keterangan tentang kapan terjadi nya, didalam sunnah dijelaskan tanda-tanda yang akan muncul sebelum kiamat terjadi. Tanda-tanda kiamat ini digolongkan menjadi dua bagian, yaitu, 1) tanda-tanda kecil. Dan 2) tanda-tanda besar.

Tanda-tanda kecil sudah banyak sekali muncul, disini tidak akan dibahas mengenai tanda-tanda kecil ini. Sedang tanda-tanda yang besar (tanda bahwa kiamat sudah benar-benar dekat), sebagaimana disebutkan didalam Shahih Bukhari adalah:
• Dajjal,• Yajuj and Majuj,• Asap,• Binatang Melata,• Matahari terbit dari barat,• Tenggelam nya bumi di 3 tempat (Timur, Barat dan di Arab)• Api yang keluar dari Yemen dan menggiring manusia ke tempat kumpul mereka.

Meskipun semua tanda-tanda besar diatas adalah penting, yang akan dibahas disini hanya satu. Yaitu, matahari terbit dari barat.

Berita tentang matahari akan terbit dari barat, adalah suatu berita yang luar-biasa. Bagi yang bukan muslim, hal ini adalah suatu hal yang tidak lumrah, khayalan atau suatu kebodohan. Sebagian kaum muslimin pun percaya bahwa pernyataan matahari terbit dari barat itu adalah suatu kiasan, bukan lah suatu fenomena alam yang akan terjadi. Hal ini terjadi karena dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia mengetahui, untuk matahari dapat terbit dari barat, bumi harus berputar kearah yang berlawanan (ini adalah yang dimengerti sampai saat ini). Apakah memang demikian keadaan sebenarnya?, untuk itu kita akan melihat penemuan-penemuan dari beberapa cabang ilmu pengetahuan termasuk astronomi.

Beberapa waktu terakhir ini banyak diberitakan di internet akan datang nya kiamat pada tanggal 21 Desember 2012. Bagi kaum muslimin, berita ini tidak boleh dipercaya apalagi sampai diyakini. Tapi kita perlu juga memperhatikan apa sebenar nya yang akan terjadi pada tanggal 21 Desember 2012.

Berita heboh tentang 2012 ini karena ditemukan nya prasasti peninggalan suku Maya yang ada di benua Amerika. Suku Maya ini ribuan tahun yang lalu menemukan sistem penanggalan (kalender) yang luar biasa. Mengingat belum maju nya ilmu pengetahuan tentang astronomy pada saat itu. Suku Maya mempunyai tiga sistem penanggalan, yaitu perhitungan tanggal berdasarkan bulan (Qamariyah) seperti yang digunakan dalam sistem penanggalan Arab. Juga perhitungan tanggal berdasarkan matahari (Syamsyah). Dan sistem yang ketiga adalah sistem penanggalan yang mereka sebut dengan Perhitungan Panjang (long count). Perhitungan panjang ini mereka gunakan untuk ramalan dan ritual suku mereka.

Yang menarik dengan sistem penanggalan suku Maya ini adalah sejak ribuan tahun mereka dengan tepat memprediksi kapan terjadi nya gerhana bulan dan gerhana matahari. Sebenarnya banyak hal yang mereka prediksi ribuan tahun yang lalu kebetulan tepat, salah satu contoh nya adalah tanggal kedatangan orang kulit putih ke negri mereka.

Tapi ada suatu yang menjadikan sistem penanggalan suku Maya ini yang membuat heboh berita tentang kiamat yang saat ini lagi ramai dibahas di internet. Yaitu, penanggalan suku Maya ini berhenti pada tanggal 21 Desember 2012.

Menurut kepercayaan mereka, pada tanggal 21 Desember 2012 atau kurang lebih nya bertepatan dengan hari Jum’at tanggal 7 Safar 1434 Hijriyah, semua akan berakhir karena ada nya malapetaka luar-biasa yang akan menimpa planet ini.

Demikian itulah sedikit informasi tentang tanggal 21 Desember 2012 menurut penanggalan suku Maya. Sebenar nya apa yang akan terjadi pada hari itu menurut ilmu pengetahuan?.

Cosmologists memperhitungkan bahwa pada hari jum’at tanggal 21 Desember 2012, posisi bumi, matahari akan sejajar dengan titik tengah galaxy (The Black hole). Ini adalah suatu fenomena alam yang jarang terjadi. Bahkan menurut ilmu astronomy/cosmology, kejadian ini terjadi 25,800 tahun sekali.

Apakah yang akan terjadi bila bumi mengalami fenomena ini?, menurut para ahli (saya tidak akan memberikan referensi, karena banyak sekali tulisan ilmiah di internet mengenai ini, jadi anda tidak akan kesulitan menemukan nya: ketik saja di google search: “galactic alignment 2012”, anda akan menemukan banyak sekali informasi tentang ini).

Karena pengaruh gravitasi pada saat alignment (posisi sejajar) antara black hole, matahari dan bumi itu, menurut para ahli, kemungkinan besar arus magnetik dapat berputar ke arah yang berlawanan, hal ini dapat mengakibatkan terjadinya pole shift atau bergeser nya posisi kutub utara dan selatan. Apabila hal ini terjadi, maka akan dapat membuat matahari nampak terbit dari barat, dan akan terjadi gempa bumi, tsunami, banjir yang akan melanda banyak tempat dimuka bumi. Hal ini dikarenakan salju yang ada di kutub akan cair, tempat-tempat rendah dibumi akan digenangi oleh air, gempa bumi yang akan menenggelamkan sebagian daratan dan lain-lain. Yang nanti nya, peta dunia yang ada saat ini akan berubah.

Demikian juga mengenai letak kutub utara dan selatan akan berubah. Yang mana kemungkinan posisi khatulistiwa akan menjadi tempat yang dingin, daerah yang kini kering menjadi subur, hijau dan daerah yang dekat kutub akan menjadi tandus dan kering dan lain sebagainya. Kejadian pole-shift (pergeseran kutub) ini pernah terjadi sebelum nya di bumi ini sebagaimana hasil riset yang dilakukan oleh Princeton University.

Hal ini mengingatkan kita pada suatu hadith shahih yang diriwayatkan oleh imam Muslim dalam shahih Muslim nya:
"Hari Akhir tidak akan datang kepada kita sampai dataran Arab sekali lagi menjadi dataran berpadang rumput dan dipenuhi dengan sungai-sungai (HR.Muslim)"

Untuk itu, mudah-mudahan kejadian alam ini semakin menambah iman kita sebagai kaum muslimin. Bahwa menurut ilmu pengetahuan pun, matahari dapat terbit dari barat, negeri Arab yang kering dan tandus itu pun akan menjadi subur berpadang rumput. Ini adalah tanda-tanda kekuasaan Allah swt, sebagaimana didalam Al-Qur’an disebutkan:

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur'an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu” (Al-Qur’an: 41:53)

Perlu saya tekankan disini bahwa sebagian besar ulama ahlu sunnah, termasuk Ibn Kathier juga Qurtubi dll, telah sepakat bahwa terbit nyamatahari dari arah barat adalah saat tertutupnya pintu tobat. Sebagaimana yang tertulis dalam Al-Qur’an:

“Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka), atau kedatangan Tuhanmu atau kedatangan sebagian tanda-tanda Tuhanmu. Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu.” (QS. Al-An’am: 158).

Keterangan para ulama ini berdasarkan ayat diatas dan hadith shahih:

“Jika matahari telah terbit dari arah barat dan orang-orang melihatnya, maka mereka semua beriman. Pada saat itu iman seseorang tidak lagi berguna untuk dirinya selama dia belum beriman sebelumnya atau memperoleh kebaikan dalam imannya.” (HR. al-Bukhari 7/190 dan Muslim nomor 157)
Dan dalam waktu dekat ini, akan terjadi fenomena alam, yang kemungkinan akan menjadikan matahari terbit dari barat, Allahu a’lam.

Kamis, 17 September 2009

SELAMAT IDUL FITRI 1 SYAWAL 1431 H

Faith makes all things possible.
Hope makes all things work.
Love makes all things beautiful.
May you have all of the three.
Happy Eidul Fitri

Taqabalallahu minnaa wa minkum
Shiyamanaa wa shiyamakum
Minal ‘aidin wal faizin
Mohon maaf lahir dan batin

(Misbahuddin Azzuhri and Fam)

Menangkap Spirit Idul Fitri

Idul Fitri baru saja kita lalui, menyusul berakhirnya puasa Ramadhan selama sebulan yang telah sama-sama kita lewati. Pada bulan Syawal ini umat Islam kembali ke kehidupan ‘normal’ seperti hari-hari sebelumnya: menjalani aktivitas harian yang mungkin sempat ‘tersita’ oleh kegiatan mengisi bulan suci Ramadhan dengan ragam amal ibadah, yang dilanjutkan dengan merayakan ‘hari kemenangan’, yang umumnya diisi dengan kegiatan mudik untuk bersilaturahmi dengan kerabat dan saling mengunjungi sesama.
Ramadhan boleh saja berlalu. Puasa—dalam artian menahan lapar dan dahaga seharian selama sebulan penuh—boleh saja berakhir. Itu adalah sunnatullah. Namun demikian, jika esensi puasa adalah menahan diri dari hal-hal yang diharamkan Allah sekaligus mengendalikan hawa nafsu agar selalu tunduk dan taat pada semua perintah-Nya, ‘puasa’ sejatinya tidak pernah berakhir selama hayat dikandung badan. Bukankah menahan diri dari hal-hal yang Allah haramkan sekaligus menundukkan hawa nafsu pada semua perintah-Nya adalah merupakan esensi dari ketakwaan, yang sejatinya buah dari pelaksanaan shaum Ramadhan yang dijalani setiap Muslim? (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 183). Bukankah Baginda Rasulullah saw. pun mengukur kesempurnaan iman seseorang dari sejauh mana kemampuannya menundukkan hawa nafsunya pada semua aturan yang Beliau bawa, yakni aturan-aturan syariah?
«لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتىَّ يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ»
Tidak beriman seseorang sampai dia menundukkan hawa nafsunya pada apa saja yang aku bawa (aturan-aturan syariah).
Karena itulah, jika selama menjalani shaum Ramadhan seorang Muslim menahan diri untuk berbohong, berkata-kata kotor dan keji, menggunjing, menipu, menyakiti dan menzalimi orang lain maka demikianlah sejatinya ia selalu berperilaku meski Ramadhan telah berlalu. Jika selama berada di bulan suci seorang artis menutup auratnya rapat-rapat dan bahkan berhenti manggung atau main film/sinetron yang sarat dengan maksiat maka demikianlah semestinya ia senantiasa bersikap meski bulan suci sudah ia lewati.
Jika selama menjalani puasa Ramadhan seorang penguasa atau pejabat berhenti korupsi, menerima hadiah dan suap, menelentarkan dan zalimi rakyat maka demikianlah seharusnya ia selalu bertindak meski ia sudah meninggalkan bulan Ramadhan. Jika selama bulan suci seorang politisi ‘istirahat’ dari upaya ‘menjilat’ kesana-kemari maka demikianlah seharusnya ia selalu bersikap meski shaum tak lagi ia jalani.
Singkatnya, bulan puasa hanyalah momentum untuk mengingatkan kita tentang bagaimana seharusnya kita sebagai Muslim menjalani kehidupan ini—sepanjang tahun, tidak hanya selama Ramadhan—agar selalu berada dalam ketakwaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla, yakni senantiasa menundukkan hawa nafsu pada semua perintah Allah dan menahan diri dari semua yang Dia larang.
Kenyataan Saat Ini
Sayang, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, esensi puasa di atas seperti tidak pernah dipahami dan seolah dilewatkan begitu saja oleh kebanyakan Muslim. Usai Ramadhan, banyak Muslim yang kembali suka berbohong, menggunjing dan menyakiti orang lain. Usai puasa, banyak artis yang kembali ke dunia maksiat, mengobral aurat dan melakukan tindakan tak terpuji. Usai shaum, banyak pejabat yang kembali melakukan korupsi dan menelantarkan rakyat.
Usai bulan suci, banyak politisi yang kembali bermanuver serta ‘menjilat’ kesana-kemari. Yang terjadi saat ini, meski Pemilu 2009 masih dua tahun lagi, energi para pejabat dan politisi malah mulai tersedot ke arah bagaimana cara mempertahankan/meraih posisi pada ajang Pemilu lima tahunan tersebut. Momentum silaturahmi Idul Fitri pun dimanfaatkan untuk melakukan penjajakan sebelum dilanjutkan dengan berkoalisi, melakukan manuver politik dan meraih simpati. Setelah mengajukan usulan kontroversial untuk kembali ke asas tunggal, yang kemudian banyak menuai kritik, beberapa partai besar, di antaranya PDIP dan Golkar, diberitakan sedang menggagas Liga Nasional. Tujuannya konon untuk memperteguh komitmen terhadap Pancasila, UUD 45, NKRI dan Pluralisme (Media Indonesia, 22/10/07).
Namun, siapapun tahu, saat mereka berkuasa, justru negeri ini carut-marut. Timor Timur malah lepas dari NKRI. RMS di Maluku dan OPM di Papua masih dibiarkan unjuk gigi. Kemiskinan dan pengangguran tak pernah bisa diatasi. Banyak BUMN dijual murah kepada pemodal luar negeri. Pluralitas (keragaman) justru hendak dipasung kembali dengan usulan asas tunggal. Tidak aneh jika ada yang menilai bahwa gagasan untuk membentuk Liga Nasional hanyalah ajang untuk berkoalisi menjelang Pemilu 2009.
Di sisi lain, wacana Capres/Cawapres jauh-jauh hari sudah banyak dibahas. PDIP sudah memastikan mengusung kembali Megawati menjadi Capres 2009. PKB juga berencana mengusung kembali Gus Dur menjadi Capres 2009. Dari kalangan independen, Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso—setelah secara terbuka mendeklarasikan diri akan maju menjadi Capres 2009—kini mulai rajin mendekati sejumlah parpol yang diharapkan bisa menjadi kendaraan poltiknya. Partai-partai lain, khususnya partai-partai besar, meski belum pasti, tak ketinggalan menjadikan isu Capres/Cawapres ini sebagai wacana utama sekaligus fokus agenda politiknya.
Lalu bagaimana dengan kondisi rakyat secara umum saat ini? Adakah mereka menjadi perhatian utama penguasa, para pejabat dan para politisi di atas sebagaimana saat-saat mereka berkampanye menjelang Pemilu?
Sayang, nasib rakyat yang sudah lama terpuruk seolah semakin terlupakan. Di bidang ekonomi, misalnya, pelayanan terhadap masyarakat seperti penyediaan lapangan kerja, pengurangan kemiskinan, layanan kesehatan dan pendidikan serta perbaikan infrastruktur yang menjadi kebutuhan dasar rakyat seolah tak pernah serius diurusi. Selama tiga tahun kepemimpinan SBY-JK kebutuhan mendasar rakyat tersebut tampak gagal diwujudkan. Wajar jika dalam dua tahun waktu yang tersisa dari pemerintahan SBY-JK, banyak pihak pesimis akan nasib bangsa ini. Pasalnya, sebagaimana dinyatakan Pengamat LIPI Syamsuddin Haris, “Fokus SBY dan kabinetnya sudah terpecah dengan semakin dekatnya Pemilu.” (Kompas, 22/10/07).
Memang, Pemerintah mengklaim pertumbuhan ekonomi saat ini cukup signifikan. Namun, pertumbuhan ekonomi dalam negeri saat ini di era Pemerintahan SBY lebih dipicu oleh pertumbuhan pasar uang, tidak mencerminkan pertumbuhan sektor riil. “Pertumbuhan pasar uang ini terutama terjadi karena banyaknya pemain asing yang masuk ke Indonesia. Mereka tergiur dengan tawaran bunga tinggi,” demikian komentar Pengamat Ekonomi UGM Ichsanuddin Noorsy. (Kompas, 22/10/07). Karena itu, meski pertumbuhan ekonomi diklaim positif, kemiskinan dan pengangguran justru makin meningkat. Wajar jika jajak pendapat Harian Kompas 6-7 Oktober 2007 menunjukkan, bahwa kepercayaan publik (rakyat) terhadap Pemerintah saat ini semakin pupus.
Menangkap ‘Spirit’ Idul Fitri
Sebagaimana puasa Ramadhan, Idul Fitri boleh saja pergi, dan Hari Raya Lebaran boleh saja tinggal kenangan. Namun, jika esensi Idul Fitri adalah kembali ke fitrah, sementara kembali ke fitrah berarti kembali ke ke ketaatan kepada Allah dengan menjalankan syariah-Nya dalam seluruh aspek kehidupan, maka demikianlah seharusnya bangsa yang mayoritas Muslim ini bersikap. Apalagi, di samping secara fitrah manusia memang butuh diatur oleh syariah, syariah jugalah yang bisa menjadi satu-satunya solusi untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi oleh umat manusia, yang terbukti tidak pernah bisa menyelesaikan persoalannya sendiri.
Kenyataan sudah membuktikan, selama puluhan tahun kita diatur oleh berbagai aturan yang bersumber dari ideologi Kapitalisme-sekular, nasib bangsa ini tidak pernah menjadi lebih baik. Ekonomi kita makin terpuruk. Politik kita semakin carut-marut. Dunia pendidikan kita tak pernah berhenti menuai masalah. Peradilan kita tak kunjung bisa menciptakan keadilan. Hukum kita tak pernah mampu menurunkan angka kejahatan. Bahkan kemerdekaan kita pun terampas karena saat ini kita sesungguhnya sedang berada dalam perangkap penjajahan baru (neo-imperialisme)—secara ekonomi, politik, pendidikan, sosial, budaya dan seterusnya. Pantaslah jika Allah SWT berfirman:

أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
Apakah hukum Jahiliah yang kalian kehendaki? Siapakah yang lebih baik hukumnya, dibandingkan dengan Allah, bagi kaum yang yakin? (QS al-Maidah [5]: 50).
Dengan merenungkan kondisi di atas, sudah saatnya seluruh komponen bangsa ini, khususnya umat Islam, tidak lagi berpaling dari aturan-aturan Allah SWT. Sebab, sesungguhnya keberpalingan kita dari aturan-aturan Allah yang sudah sedemikian lamanya, itulah yang menjadikan kita selalu mengalami kesempitan hidup di dunia—sebagaimana yang sedang kita alami—apalagi di akhirat kelak. Allah SWT memperingatkan:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku, sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada Hari Kiamat nanti dalam keadaan buta. (QS Thaha [20]: 124).
Karena itulah, hendaknya kita semua segera—tanpa perlu menunda-tunda lagi—menyambut seruan Allah SWT untuk menerapkan seluruh syariah-Nya secara total dalam kehidupan, sebagaimana firman-Nya:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَجِيبُوا ِللهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kalian pada suatu yang memberi kehidupan kepada kalian. (QS al-Anfal [8]: 20).

Wallâhu a‘lam bi ash-shawâb.

Kamis, 23 Juli 2009

Noaulu: "Baret Merah" dari Seram

Nama suku Noaulu di Pulau Seram, Maluku, mencuat pada 2005 setelah polisi mengungkap kasus mutilasi yang dilakukan salah satu marga suku itu di Desa Nuanea, Amahai, Maluku Tengah.
Bagian kepala, jantung, lidah, dan jari-jari dua korban akan dijadikan syarat peresmian perbaikan rumah adat baru marga Sounawe.
Dalam sidang di Pengadilan Negeri Masohi terungkap bahwa para pelaku yang dijatuhi hukuman mati dan menjadi hukuman seumur hidup dalam proses banding itu tidak bisa berbahasa Indonesia. Mereka juga tak mengetahui bahwa ada aturan hukum yang melarang pembunuhan manusia.
Tokoh masyarakat Noaulu yang juga Kepala Dusun Negeri Lama, Desa Sepa, Maluku Tengah, Marwai Leipary (25), Januari lalu, mengakui tradisi penggunaan kepala manusia sebagai persembahan pembangunan rumah adat memang ada sejak zaman dulu. Namun, aturan itu sudah dihapus oleh para tokoh adat pada 1970-an dan menggantinya dengan piring kuno atau kepala binatang kuskus.
”Aturan itu sudah dihapus karena sekarang sudah berlaku hukum positif. Kalau yang terjadi dulu itu (kasus 2005 di Nuanea) adalah karena ketidaktahuan mereka,” ujarnya.
Permukiman suku Noaulu di Nuanea memang terpisah dengan suku Noaulu lain yang ada di Sepa. Jika di Nuanea hanya ada satu kelompok masyarakat, di Sepa ada lima kelompok masyarakat Noaulu yang terbagi dalam lima perkampungan, yaitu Negeri Lama, Bonara, Hauwalan, Yalahatan, dan Rohua.
Jumlah populasi suku Noaulu diperkirakan hanya ribuan orang. Negeri Lama hanya memiliki 78 keluarga yang setara dengan 271 jiwa.
Ketidakmampuan berbahasa Indonesia membuat mereka juga terisolasi dari berbagai informasi pembangunan. Mereka juga cenderung eksklusif demi menjaga tradisi leluhur.
Suku Noaulu yang ada di Sepa lebih terbuka karena permukiman mereka cenderung bersatu dengan warga desa lain. Tempat tinggal mereka juga terletak tak jauh dari Jalan Trans-Seram yang menghubungkan Masohi-Tehoru. Warga juga telah mengenal televisi dan berpendidikan lebih baik daripada saudara mereka di Nuanea.
Nama Noaulu didasarkan atas tempat awal permukiman mereka di hulu (ulu) Sungai Noa di jantung Pulau Seram. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, umumnya mereka berkebun dan berburu di hutan dengan menggunakan panah, tombak, dan sumpit.
Ciri utama masyarakat Noaulu adalah ikat kepala berwarna merah yang digunakan pria dewasa. Ikat kepala yang disebut kain berang itu tidak boleh dilepaskan dalam kondisi apa pun, kecuali saat mandi. Adapun perempuan yang telah bersuami wajib mengenakan kain atau selendang di pinggangnya.
Warga umumnya menganut agama yang mereka sebut agama suku Noaulu. Kepercayaan ini diwariskan oleh para leluhur dan tokoh adat melalui tuturan. Pemerintah umumnya memasukkan kepercayaan mereka itu dalam kelompok agama Hindu meskipun warga menolaknya.
Keterbukaan warga Noaulu di Sepa membuat mereka lebih terbuka menerima agama lain, terutama Islam. Sebagian warga yang berpindah agama biasanya disebabkan oleh pernikahan dengan warga luar suku Noaulu.
Satu hal yang paling berkesan selama saya berada di sana, di antaranya adalah tentang adat kebiasaan persembahan kain merah bagi siapapun tamu yang ingin berkunjung ke desa ini–dan berkehendak bisa diterima oleh tetua suku. Entah, apakah kebiasaan itu masih berlaku hingga sekarang. Tapi, yang jelas, dulu saya membawa sehelai kain merah untuk mereka.
Benar saja, sebagai tamu, saya merasa begitu dihormati. Berbagai informasi tentang suku ini pun mengalir deras keluar dari seorang tokoh suku (sayang, saya lupa namanya. Oh, ya, saya juga sempat mengabadikan beberapa foto).

Development Ambon - Seram Bridge

Background :Maluku Province is one of Provinces in Indonesia with total isles, namely more than one thousand islands. If viewed from the size definition, then the island categorized large is only Seram Island, while Buru still including in the isles. If viewed from definition of total populations, then all islands in the Maluku Province including in the small category.

Viewing from the developed definition by the said United Nations, Maluku Province is known as Small Island Province (SIP). In the area of small island, marine transportation means become one of the key determinant factor in the development success, but such transportation means is traditional and it is not continually operational with the fixed frequency due to its operation is determined by the condition of season or weather. Therefore, in the small island area is necessary to develop transportation facilities that can omit or minimize the effects of season or weather.Seram as the largest island in the Maluku Province has offshore and onshore potency and it can be developed to support development of other regions. This island has 3 Regencies (West Seram, Central Maluku and Eastern Seram) located adjacent to Ambon island in Kota Ambon as the Capital of Province. In Maluku Province, Kota Ambon has the only Exit Main Gate of this region. Therefore, transportation accessibility to and from the said Kota is extremely determinant for the development of other islands. In order to support and accelerate the development of Seram island as the largest island and most potential to support the development of Maluku Province, then improvement in accessibility to transportation becomes one main must other than the development of other facility and infrastructure. Viewing the said condition, then development of inter-island bridge of Ambon Seram (AMBSER) with the length less than 9 Km forward having extremely proper economy prospect. Definitely this is supported by the availability of human, vehicle and goods in western Seram Regency, Central Maluku. Eastern Seram and Kota Ambon that will cross to use the said bridge. By the pessimistic prediction, it is described that total vehicles to be crossed the said bridge around 3,250, and with the crossing price of Rp. 150.000 per vehicle within 15 years will be obtained the gross income of Rip. 8.78 trillion. Bridge investment value along less than 9 Km is Rp. 6 Trillion. Such data description shows that not later than 15 years of investment can be returned.
Purpose of Project
· To build transportation that can increase accessibility to the area that does not depend or is affected by conditions of season or weather or its operation only limited at midday.
· To build all facilities of transportation having tourist value so that it can give multidimensional effects to the development of other sectors.
· To accelerate the development of economy growth point in the Province of Maluku, especially in Seram Island.
Scope of Project:
Development approach of Ambon Seram Bridge, for which the length less than 9 Km will be implemented from two points, namely Ambon island and Seram island points made by 2 Contractor. By such work, it is expected that the work can be completed within 5 years (0,9 Km per annual).
Project Feasibility:
By the optimistic approach, total vehicles passing through the bridge of Ambon Seram are predicted per day of 3,250. Such amount is only for the four-wheel vehicles, including two wheel vehicles and passengers. The
price of one crossing for four-wheel vehicles is Rp. 250.000. Accordingly, the obtained income from the four wheel vehicles per year only reaches Rp. 0.2926 Trillion and to amortize investment cost of Rp. 6 trillion requires time less than 20 years. Time to return the said investment can be accelerated if the income of two wheel vehicles can be also used for the return of loan capital.
Project out come:
· People can access transportation between Seram and Ambon islands as the exit main gate of the Province region at any time as it is estimated by sea condition or season.
· Interaction between people of both islands and other islands, such as Buru island and other islands will enhance so that it will give opportunity towards the appearance of business or new investment.
· Some business results have market access, chiefly perishable agricultural commodities.
· Economy growth in the area of Seram island will be increasingly accelerated.
· Expected Impact / Profit
· The connection of Seram and Ambon island Area will give positive impact to Kota Ambon, as business activity competition and space can be minimized thereby stabilizing security condition and minimizing, even it recovers ecosystem of Ambon island.
· Movement context of capital to Seram island becomes irrelevant and if it is made requires higher cost for a longer period time and arise potentially new social KERAWANAN.
· Occurrence of spontaneous population migration to Seram island thereby
· Accelerating the growth and development of various social infrastructure facilities.
· Encouragement of new investment, chiefly in the sectors of tourism, hotel, property, land transportation and market.
· Trans road of Seram will be increasingly economically valuable and supporting the development of road trans of new Seram in the route of Tehoru Seram Timur.
· Improvement of Province PAD, Regency or Town available in Seram and Ambon islands.
Estimated Project Cost:
Development cost: Rip. 6 Trillion, time ford development is 5 years.
Financing Strategy
There are some most possible alternatives to do in financing strategy, i.e.:
Alternative I:
· Consortium of Regency Pemda (Kota Ambon, West Seram Regency, Central Maluku and East Seram): 1,2 Km, investment value of Rp.0.78 Trillion or Rip. 39 Billion per year per Regency Area.
· Pemda of Maluku Province: 0,5 Km, investment value of Rip. 0.325 Trillion or 65 billion per year.
· Central Government, APBN managed by Jasa Marga (Ministry of Transportation) 3,5 Km, investment value of Rp. 2.29 T or Rp.457 Billion per year.
· Private Consortium: 4 Km, investment value of Rp. 2.61 T or Rp.522 Billion per year.
Alternative II:
· Loan aid from one Donor Country with low interest and Central Government (ratio 70: 30 or 80:20).
Alternative lll:
· Aid from some Donor Countries in terms of Multilateral and Central Government (Ratio 90:10).
Cooperation :
Central Government, Regional Government and Private Sector.

Tradisi Suku Naulu: Kepala Manusia, Persembahan Buat Rumah Adat

Di jaman yang serba modern saat peradaban manusia sudah keluar dari keterisolasiannya, ternyata di pedalaman Pulau Seram, Provinsi Maluku, terdapat satu komunitas suku asli yakni Naulu yang masih bertahan dengan tradisi unik peninggalan jaman bar-bar yang saat ini sangat bertentangan dengan norma hukum positif di belahan dunia manapun. Tradisi tersebut adalah memotong kepala manusia buat persembahan. Sebuah ritual adat yang diyakini sebagian warga Naulu sebagai kepercayaan yang mutlak harus dilakukan. Keyakinan itu mengalahkan akal sehat dan logika manusia karena kepercayaan yang diyakini pelakunya, jika tidak mendapat kepala manusia buat persembahan bisa mendatangkan bala atau musibah. Suku yang prianya bercirikan khas ikat kepala merah itu hidup di pedalaman Seram dengan berkoloni dan agama yang dianut adalah aliran kepercayaan, sebagaimana agama para leluhurnya. Kehidupan masyarakatnya yang suka berburu dan berladang untuk makan itu tidak menetap dalam satu perkampungan besar. Mereka tersebar pada lima lokasi di Pulau Seram dengan dusun masing-masing Nuane, Bonara, Naulu Lama, Hauwalan, dan Rohua. Pada Juli 2005 lalu, warga Masohi Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah digegerkan dengan penemuan dua sosok manusia yang sudah terpotong-potong bagian tubuhnya. Bonefer Nuniary dan Brusly Lakrane adalah korban persembahan tradisi suku Naulu saat akan melakukan ritual adat memperbaiki rumah adat marga Sounawe. Kepala manusia yang dikorbankan diyakini akan menjaga rumah adat mereka. Bagian tubuh kedua korban yang diambil selain kepala yang nantinya diasapi adalah jantung, lidah, dan jari-jari. Sementara anggota tubuh yang tidak diambil dihanyutkan di aliran sungai Ruata, tidak jauh dari perkampungan suku Naulu dari komunitas Nuane. Akibat perbuatannya itu, tiga warga Naulu yang merupakan komunitas adat tertinggal di Pulau Seram ini divonis hukuman mati oleh majelis hakim di Pengadilan Negeri Masohi. Mereka adalah Patti Sounawe, Nusy Sounawe, dan Sekeranane Soumorry. Sementara tiga lainnya divonis hakim hukuman penjara seumur hidup masing-masing Saniayu Sounawe, Tohonu Somory, dan Sumon Sounawe. Para pelaku mutilasi ini dinyatakan bersalah melakukan pembunuhan secara berencana, sebagaimana diatur dalam pasal 340 jo pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHPidana. Raja Naulu dari suku Nuane, Sahune Matoke, mengatakan tindakan yang dilakukan warganya disebabkan karena ketidaktahuannya akan hukum formal yang berlaku di Indonesia. Motivasi pembunuhan dengan mengambil kepala manusia dilakukan karena keyakinannya untuk melakukan ritual adat yang dinilai sakral. “Warga saya tidak tahu kalau membunuh itu hukumannya apa,” terang Sahune saat ditemui Radio Vox Populi di Kantor LSM Humanum, Ambon, beberapa waktu lalu. Peristiwa pengambilan kepala manusia ini bukan baru pertama kali terjadi. Sebelumnya pada tahun 1990-an, tiga warga Naulu dari komunitas Nuane dihukum 17 tahun penjara karena melakukan hal yang sama. Saat itu korbannya dua orang yang tengah berburu di hutan dibunuh dan diambil kepalanya untuk ritual adat seperti yang terjadi pada Juli 2005 lalu. “Kami tidak tahu dan mengerti hukum. Saya memang sudah memberi arahan saat peristiwa sebelumnya terjadi, tapi itu tidak berhasil karena anggapan mereka (warganya, red) kita ini sama. Selain itu tidak ada dukungan pemerintah untuk turun ke suku saya untuk memberikan arahan,” ujarnya. Dikatakannya, tradisi tersebut sudah terjadi sejak jaman bar-bar, saat sering terjadi perang antar suku di pedalaman Pulau Seram sejak berabad-abad tahun lalu. Dalam kondisi seperti itu siapa yang kuat dialah yang menang. Bahkan dalam tradisi dulu, seorang raja yang ingin mengangkat seorang anak mantu laki-laki haruslah heroik dengan menunjukan kejantanannya dengan mempersembahkan kepala manusia sebagai mas kawin. “Ajaran adat kami sebenarnya tidak seperti itu tapi tradisi adat dilepaskan saat muncul masa-masa penguasaan. Saat terjadi perang antar suku untuk saling menguasai,” jelasnya. Sahune mengatakan, keyakinan dikalangan warganya bahwa potong kepala merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan saat akan melakukan ritual adat seperti perbaikan atau pergantian rumah adat. “Perbuatan mereka karena tidak tahu tentang hukum, dan keyakinan mereka kalau tidak melakukan pemotongan kepala bisa sakit bahkan mati,” ungkapnya. Disamping itu, kuasa hukum banding terdakwa Naulu, Samson Atapary, balik mempertanyakan tanggungjawab negara yang tidak menyikapi secara serius tradisi masyarakat Naulu tersebut. Tradisi potong kepala manusia di suku Naulu ini, kata Samson, bukan yang pertama terjadi tapi sudah berulang kali dan tidak pernah ada pendekatan atau penyuluhan oleh pemerintah ke masyarakat Naulu. “Ini sebenarnya tanggungjawab negara yang sudah mengetahui ada tradisi yang bertentangan dengan hukum formal tapi tidak ada proses untuk memberikan pemahaman dan penyuluhan tentang hukum kepada warga Naulu,” sesal Samson. Dirinya menambahkan, pihaknya tidak puas dengan putusan hakim yang tidak mempertimbangkan faktor non yuridis dalam pengambilan keputusan. “Kami melihat, vonis yang diberikan hakim buat mereka (para terdakwa, red) tidak menjadi sarana penyadaran dan pembinaan buat mereka, sehingga kami selaku kuasa hukum akan banding dengan harapan ada pertimbangan-pertimbangan non yuridis terhadap vonis nanti,” kata Samson. “Kami akan banding sebagaimana diatur dalam undang-undang,” sela Stenley Mailissa. Dalam proses banding tersebut, penasehat hukum dari keenam terdakwa mutilasi yang melibatkan warga suku Naulu ini adalah Samson Atapary dan Stenley Mailissa. “Kami akan prioritaskan kasus tiga klien kami yang divonis mati, dengan meminta keadilan buat mereka. Kenapa pengadilan memutuskan hukuman seberat itu, ini ada diskriminasi hukum. Mereka bunuh orang karena tidak tahu konsekuensi hukumnya apa,” kata Stenley. Dirinya menceritakan, dari fakta persidangan menunjukkan kepolosan kliennya dan ketidaktahuannya akan hukum. “Saat hakim bertanya ke terdakwa apa yang mereka rasakan saat membunuh orang, jawaban dari dua orang terdakwa sangat mengejutkan kami yakni mereka merasa bangga. Ini menunjukkan kalau mereka memang tidak tau apa-apa. Bahkan mereka katakan kepada hakim kalau tidak ada kepala manusia katong (kami) bisa sakit dan mati,” kata Stenley, meniru ucapan para terdakwa saat persidangan lalu. Untuk itu dirinya berharap, perlakuan hukum kepada kliennya pada banding nanti tidak bisa disamakan dengan warga masyarakat lain yang sudah hidup terbuka. Mengingat pendidikan dan pengetahuan warga Naulu sama sekali tidak ada tentang hukum karena tidak ada pembangunan hukum, sosial, maupun pendidikan terhadap warga masyarakat Naulu. “Yang diketahuinya hanya sebatas berburu dan bertanam,” ujarnya. Kehidupan sosial yang terbelakang ini juga diakui Raja Sahune Matoke. Perkampungan Nuane yang didiami 525 keluarga atau sekitar 900 jiwa itu belum tersentuh pembangunan sama sekali. Ironisnya, tidak jauh dari perkampungan Nuane atau sekitar dua kilometer terdapat pemukiman transmigrasi lokal yang baru ada 10 tahun belakangan ini. “Di lokasi transmigrasi sudah jalan raya, sekolah, dan listrik. Kami yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu hingga sekarang tidak dibangun jalan raya dan listrik,” ungkapnya. Selain itu, agama yang dipakai oleh masyarakatnya yakni aliran kepercayaan justru mempersulit mereka dalam mencari pekerjaan, termasuk dalam hal pengurusan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Hingga saat ini, kata Sahune, baru satu warganya yang kuliah. Itupun baru duduk pada semester lima di Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik di Masohi, Maluku Tengah. Sementara lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) baru lima orang. “Selain faktor ekonomi masyarakat saya yang miskin, anggapan dari para orang tua di kalangan masyarakat kami bahwa percuma sekolahkan anak kalau nanti tidak bisa bekerja di kantor pemerintahan. Persoalannya karena agama yang dianut kami katanya tidak resmi,” terangnya. (vp)