Minggu, 05 September 2010

Suku Yahudi 'yang ditemukan di Zimbabwe'

Oleh Steve Vickers
BBC News, Harare

Orang-orang Lemba Zimbabwe dan Afrika Selatan mungkin terlihat seperti rekan-rekan mereka, tetapi mereka mengikuti ditetapkan sangat berbeda adat dan tradisi.
Mereka tidak makan daging babi, mereka berlatih sunat laki-laki, mereka ritual pemotongan hewan mereka, beberapa orang memakai topi tengkorak mereka dan mereka menaruh Bintang Daud di batu nisan mereka.
tradisi lisan mereka mengklaim bahwa nenek moyang mereka adalah orang Yahudi yang melarikan diri dari Tanah Suci sekitar 2.500 tahun yang lalu.
Mungkin terdengar seperti mitos lain dari suku Israel yang hilang, tapi para ilmuwan Inggris telah melakukan tes DNA yang telah mengkonfirmasi asal Semit mereka.
Tes-tes ini kembali keyakinan kelompok bahwa kelompok mungkin tujuh orang wanita Afrika menikah dan tinggal di benua itu. The Lemba, yang mungkin jumlah 80.000, tinggal di Zimbabwe tengah dan utara Afrika Selatan.

Perempuan Lemba tidak memiliki DNA Yahudi
Dan mereka juga memiliki artefak keagamaan berharga yang mereka katakan menghubungkan mereka keturunan Yahudi mereka - sebuah replika dari Bahtera Alkitab dari Perjanjian dikenal sebagai lungundu Ngoma, yang berarti "drum yang bergemuruh".
Objek pergi pada layar baru-baru ini di museum Harare untuk gembar-gembor banyak, dan menanamkan kebanggaan di banyak Lemba.
"Bagi saya itu adalah titik awal," kata penyanyi religius Fungisai Zvakavapano-Mashavave.
"Sangat sedikit orang tahu tentang kami dan ini adalah waktu untuk keluar. Saya sangat bangga untuk menyadari bahwa kita memiliki budaya yang kaya dan aku bangga menjadi Lemba.
"Kami telah menjadi orang yang sangat rahasia, karena kita percaya bahwa kita adalah orang-orang khusus."
Agama vs budaya
Lemba memiliki banyak budaya dan peraturan yang cocok dengan tradisi Yahudi. Mereka mengenakan topi tengkorak, praktik sunat, yang bukan merupakan tradisi bagi sebagian besar warga Zimbabwe, menghindari makan daging babi dan makanan dengan darah binatang, dan memiliki 12 suku.
Banyak orang mengatakan bahwa cerita ini terlalu mengada-ada, tetapi tradisi lisan dari Lemba telah didukung oleh ilmu pengetahuan

Tudor Parfitt: University of London
Mereka menyembelih binatang dengan cara yang sama dengan orang Yahudi, dan mereka menempatkan Yahudi Bintang Daud di batu nisan mereka.
Anggota klan imam dari Lemba, dikenal sebagai Buba, bahkan ditemukan memiliki unsur genetik juga ditemukan di antara garis imam Yahudi.
"Ini sangat menakjubkan," kata Prof Tudor Parfitt, dari University of London.
"Sepertinya imamat Yahudi lanjutan di Barat oleh orang-orang yang disebut Cohen, dan dengan cara yang sama dilanjutkan oleh klan imam dari Lemba.
"Mereka memiliki leluhur yang sama yang ahli genetika mengatakan hidup sekitar 3.000 tahun lalu di suatu tempat di utara Saudi, yang merupakan zaman Musa dan Harun ketika imamat Yahudi mulai."
Prof Parfitt adalah seorang ahli terkenal di dunia, setelah menghabiskan 20 tahun meneliti Lemba, dan tinggal bersama mereka selama enam bulan.
The Lemba memiliki bahasa doa suci yang merupakan campuran bahasa Ibrani dan Arab, menunjuk ke akar mereka di Israel dan Yaman. Meskipun hubungan mereka untuk Yudaisme, banyak Lemba di Zimbabwe orang Kristen, sementara beberapa Muslim.
"Kristen adalah agama saya, dan Yudaisme adalah budaya saya," jelas Perez Hamandishe, seorang pendeta dan anggota parlemen dari Gerakan untuk Perubahan Demokratis (MDC).
Meskipun tradisi mereka selama berabad-abad, beberapa Lemba muda mengambil pandangan yang lebih liberal.
"Di masa lalu kau tidak menikahi seorang non-Lemba, tetapi hari-hari kita berinteraksi dengan orang lain," kata Alex Makotore, anak dari Ketua Mposi akhir dari Lemba "markas" di Mberengwa.
"Saya merasa istimewa di hati saya tapi tidak di depan orang lain seperti yang saya terpisah dari mereka. Kebudayaan adalah dinamis."

Massa
Tradisi lisan dari Lemba mengatakan bahwa lungundu Ngoma adalah kayu Bahtera Alkitab yang dibuat oleh Musa, dan bahwa berabad-abad yang lalu sekelompok kecil orang memulai perjalanan panjang membawa dari Yaman ke Afrika selatan.
Mendengar dari orang-orang profesor di Harare dan melihat Ngoma membuat jelas bahwa kita adalah orang-orang hebat dan saya sangat bangga

David Maramwidze: Lemba tua
Objek hilang selama tahun 1970-an dan akhirnya ditemukan kembali di Harare pada tahun 2007 oleh Prof Parfitt.
"Banyak orang mengatakan bahwa cerita ini terlalu mengada-ada, tetapi tradisi lisan dari Lemba telah didukung oleh ilmu pengetahuan," katanya.
Carbon dating menunjukkan Ngoma yang akan hampir 700 tahun - cantik kuno, jika tidak setua cerita Alkitab akan menyarankan.
Tapi Prof Parfitt mengatakan ini adalah karena Ngoma itu digunakan dalam pertempuran, dan akan meledak dan dibangun kembali.
The Ngoma sekarang pada layar adalah replika, katanya, mungkin dibangun dari sisa-sisa yang asli.
"Jadi keturunan terdekat dari Ark yang kami ketahui," kata Parfitt Prof.
Maka banjak orang datang untuk melihat pembukaan dari Ngoma dan untuk menghadiri kuliah tentang identitas Lemba.
Untuk David Maramwidze, seorang tetua di desanya, penemuan Ngoma telah saat yang menentukan.
"Mendengar dari orang-orang profesor di Harare dan melihat Ngoma membuat jelas bahwa kita adalah orang-orang hebat dan saya sangat bangga," katanya.
"Saya mendengar tentang hal ini sepanjang hidup saya dan sulit bagiku untuk percaya, karena saya tidak tahu apa itu sebenarnya.
"Saya masih melihat gambar Ngoma dalam pikiran saya dan itu tidak akan pernah keluar dari otak saya. Sekarang kita ingin dikembalikan kepada orang-orang Lemba."

Nabi Muhammad: Mukhayriq Adalah Yahudi Terbaik

MADINAH (Berita SuaraMedia) – Terdapat banyak kisah yang jarang disampaikan oleh imam-imam kontemporer kepada jamaahnya. Salah satunya adalah kisah tentang Mukhayriq, seorang Rabi Yahudi dari Madinah.

Para imam dan penceramah Muslim telah ratusan kali menceritakan perang Uhud, salah satu pertempuran besar dalam hidup Nabi Muhammad, namun tidak pernah sekalipun terdengar tentang kisah Rabi Mukhayriq yang gugur dalam pertempuran itu melawan musuh-musuh Islam.

Mukhayriq, martir Yahudi pertama dalam Islam, adalah seorang yang kaya dan pemimpin suku Thalabah. Ia berjuang di sisi Nabi dalam perang Uhud 625 M, dan gugur di dalamnya. Hari itu adalah hari Sabtu. Rabi Mukhayriq berbicara kepada orang-orangnya dan meminta mereka untuk pergi bersamanya membantu Nabi. Orang-orang sukunya menolak dengan mengatakan bahwa itu adalah hari Sabbath. Mukhayriq menghukum mereka karena tidak memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang Sabbath dan mengumumkan kepada rakyatnya bahwa jika ia gugur dalam pertempuran maka seluruh kekayaannya akan diberikan kepada Nabi. Mukhayriq gugur dalam pertempuran melawan orang-orang Makkah. Dan ketika Nabi, yang terluka parah saat itu, diberitahu mengenai kematian Mukhayriq, ia mengatakan, "Ia adalah orang Yahudi yang terbaik."

Nabi mewarisi tujuh kebun dan bentuk-bentuk lain kekayaan dari Mukhayriq. Ia menggunakannya untuk membangun Wakaf pertama Islam. Dari Wakaf itulah Nabi membantu banyak orang miskin di Madinah.

Ketika Nabi hijrah dari Makkah ke Madinah di tahun 622 ia menandatangani sebuah perjanjian dengan berbagai suku yang tinggal di dalam dan di sekitar Madinah. Banyak dari suku-suku itu yang telah memeluk agama Islam, beberapa lainnya penganut pagan dan Yahudi. Semuanya menandatangani perjanjian dengan Nabi yang disebut oleh para sejarawan sebagai Konstitusi Madinah. Negara Islam pertama, sebuah negara multiagama dan multisuku, yang didirikan oleh Nabi didasarkan pada kontrak sosial itu.

Menurut Ayat 2 Konstitusi, semua suku, yang merupakan penandatangan perjanjian, berada dalam satu negara (Ummah). Rakyat Mukhayriq juga merupakan penandatangan perjanjian itu dan memiliki kewajiban untuk bertempur di sisi Nabi sesuai Ayat 37 Konstitusi yang berbunyi, "Kaum Muslim dan Yahudi harus menanggung pengeluaran mereka masing-masing. Setiap dari mereka harus saling membantu melawan siapa pun yang menyerang rakyat yang tercantum dalam perjanjian ini."

Di satu sisi, Rabi Mukhayriq, seorang akademisi Yahudi yang terhormat di Madinah, hanyalah menjadi seorang warga negara yang baik dengan memenuhi isi kontrak sosial itu. Namun, kisahnya luar biasa, terutama bagi masa sekarang ketika dunia berjuang membangun jembatan antara berbagai komunitas agama. Loyalitas Mukhayriq, keberaniannya, pengorbanannya, dan kedermawanannya menjadi inspirasi.

Kisah Mukhayriq adalah sebuah kisah tentang kemampuan seorang individu untuk mengatasi perpecahan komunal dan berjuang untuk ide komunitas yang lebih inklusi. Ia memberikan nyawanya untuk mempertahankan ide itu. Ia adalah seorang Yahudi dan pahlawan sejati dalam cerita Islam dan kisahnya harus disampaikan berulang kali.

Jika para imam menyampaikan kisahnya kepada jamaah di Amerika dan tempat lain, mereka pasti akan berkontribusi untuk meningkatkan toleransi kaum Muslim terhadap orang lain. Terdapat banyak contoh kisah persaudaraan, toleransi, pengorbanan, dan kewarganegaraan yang baik dalam tradisi Islam yang memperkuat penopang etika Islam.

Indikator Seorang Berketurunan Yahudi

Sebagaimana suku-suku bangsa lainnya yang memiliki fam atau nama keluarga, sehingga mereka mampu mengenali apakah seseorang itu bagian dari lingkungan keluarganya taua bukan, demikian pula dengan orang-orang Yahudi. Walau mereka terserak di berbagai belahan dunia, namun dengan nama-nama keluarga yang ada di belakangnya, mereka bisa mengenali apakah seseorang itu Yahudi atau bukan (Ghoyeem).

Salah satu kelebihan Yahudi di banding suku-suku bangsa lainnya adalah memori mereka yang sangat kuat terhadap sejarah bangsanya sendiri. Mereka memiliki cara pandang, sistem kekerabatan, dan adat istiadat yang berbeda dengan orang-orang lain. Di banding golongan lain, mereka sangat menjaga ikatan darah mereka dengan leluhurnya. Sebab itu, salah satu caranya adalah dengan menyusun genealogy atau nama keluarga Yahudi seluruh dunia secara cermat, bahkan hal ini dimuat di dalam banyak situs, di antaranya www.jewishgen.org.

Yahudi merupakan suku bangsa yang menganut sistem kekeluargaan garis ibu alias Matriarhat, sebagaimana suku Minangkabau di Nusantara. Jadi, jika seseorang itu memiliki ayah seorang Yahudi namun ibunya bukan, maka secara adat, ia tidak diakui sebagai seorang Yahudi. Namun jika seseorang itu memiliki ibu berdarah Yahudi, sedang ayahnya bukan, maka dia diakui secara adat sebagai seorang Yahudi.

Yahudi tentu saja menutup-tutupi hal ini dan membuat tafsiran-tafsiran lain dengan tujuan agar orang-orang tertipu oleh mereka. Salah satu kepandaian mereka terletak pada seni manipulasi, di mana mereka membuat satu hal kedustaan namun di lain sisi mereka juga membuat satu sisi bantahannya.

Yahudi, Nenek Moyang Taliban?

Apakah Taliban yang sebagian besar elemen-elemennya tergabung ke suku Pashtun yang melakukan perlawanan terhadap pendudukan AS itu asalnya Yahudi? Pertanyaan yang tampaknya cukup aneh. Tapi Kementerian Luar Negeri Israel percaya bahwa pertanyaan itu layak diteliti.

Sementara itu para ahli Afghanistan menafikan asumsi itu. Mereka melihat itu sebagai hal yang tak lebih daripada mitos lantaran itu tidak ada dasar ilmiah untuk masalah ini dan lebih untuk tujuan-tujuan politik.
Deplu Israel sendiri telah mendanai sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti genetika asal India, Chaniz, yang saat ini sedang dalam sebuah kunjungan ke Israel guna membawa sampel genetik Suku Afridi di India dimana dari suku itulah Suku Pashtun berasal yaitu suku yang mewakili ras utama dari orang-orang Afghanistan. Sampel itu kemudian untuk dianalisis dan guna membuktikan apakah suku-suku Pashtun adalah keturunan dari Sepuluh Suku Yahudi hilang sejak sekitar 2.700 tahun yang lalu atau bukan? Demikian dilaporkan surat kabar Inggris The Guardian, Ahad (17/1), seperti disitat islamonline, Selasa (191).

Terkait laporan yang diterbitkan oleh The Guardian itu, pakar Afghanistan Habibullah Rafe dalam pernyataan eksklusifnya kepada situs BBC mengatakan, “Pashtun itu Bangsa Arya asli. Apa yang dikatakan mengenai asalnya itu dari anak-anak Israel itu sekadar teori yang didasarkan pada mitos-mitos populer. "
Dia melanjutkan, "Adapun mereka itu orang-orang Arya maka itu berdasarkan pada penelitian ilmiah yang dilakukan oleh para ilmuwan Antropologi, benda-benda kuno, bahasa dan dialek yang mereka itu diangggap sebagai Bahasa Pashtun sebagai salah satu bahasa Bahasa Arya."
Amin Mujahid, seorang anggota Academy of Afghanistan menyetujui Rafee yang menilai teori dikaitkannya Pashtun dengan anak cucu Israel sebagai sesuatu yang tendensius, dan di balik itu untuk mencapai tujuan-tujuan politik, serta tidak memiliki dasar ilmiah.
Mencuatnya perhatian Israel terkait masalah ini bersamaan dengan menjelmanya Suku Pashtun sebagai pusat perlawanan terhadap kehadiran Amerika di Afghanistan dan Pakistan, di mana sebagian besar para pimpinan Taliban berasal dari Suku Pasthun.
Sementara terkait studi Chaniz ini diperkirakan akan memakan waktu 3 sampai 6 bulan, untuk memastikan apakah Suku Pashtun yang merupakan ras utama di Afghanistan dan Pakistan barat laut itu berasal dari suku Yahudi Efraim yang sudah punah itu.
Penelitian ini didasarkan atas asumsi bahwa Pashtun adalah keturunan dari suku Afridi di Uttar Pradesh India, dan dari sana Chaniz kemudian membawa sampel genetik dari beberapa anggota Suku Afridi untuk dianalisa dan diperbandingankan dengan sifat-sifat genetis dari suku-suku Yahudi yang hilang.
Selama berabad-abad, telah tersebar cerita-cerita Israel mengenai masalah ini, , tetapi tak satu pun dari itu dapat diverifikasi secara ilmiah.
Untuk diketahui, dari kelompok-kelompok etnis besar di dunia para ilmuwan antropologi Israel percaya bahwa etnis Pashtun atau Patton berasal dari keturunan salah satu dari sepuluh suku Israel yang hilang. Memang kadang-kadang isu itu terdengar di kalangan suku itu sendiri, tetapi itu tidak menunjukkan simpati yang kuat atau keinginan agar mereka berpindah ke Negara Israel yang didirikan di wilayah Palestina yang diduduki.
Menurut versi Israel, Nabi Musa ketika ia keluar dari Mesir ikut bersamanya 12 suku-suku dari keturunan Bani Israel, di antaranya Suku Benjamin, Rabin, Lewi, Yehuda, Gad, Asyer, Zebulon, Saar, Yusuf, Naftali, Daan, Shimon, lalu dua di antara suku itu bermukim di selatan Palestina, sementara sepuluh sisanya yang menghuni sebelah utara Palestina, mereka itu berpencar dan bermigrasi ke tempat-tempat lain. Riwayat lainnya menyebutkan, sepuluh suku-suku itu dibuang setelah orang-orang Asyur yang berhasil menaklukkan sepuluh suku Yahudi yang hilang.
Kemudian diyakini bahwa sepuluh suku yang hilang itu tersebar di seluruh daerah yang dikenal di zaman modern sekarang dengan nama utara Irak dan Afghanistan, dan dari sanalah kemungkinan dan premis itu menguat.(milyas/iol)

Analisa Suku Bangsa Kontroversi, yakni Yahudi

Ini adalah analisa saya mengenai suku bangsa yang penuh kontroversi, yakni suku Yahudi. Alasan mengapa saya menganalisa suku yahudi adalah karena pendiri Google adalah keturunan yahudi, dan saya ngefans banget dengan google. Google adalah salah satu sumber informasi elektronik terbesar sedunia!!! Google, dari semua untuk semua!!! Saya rasa Google adalah salah satu media paling bermanfaat sedunia. Selain google, hasil dari pemikiran yahudi yang booming contohnya : microsoft, facebook, dll.

Yahudi.. yahudi yang dimaksud disini adalah suku, bukan semata mata bangsa israel, namun suku yang telah menyebar dan melanglang buana ke seluruh penjuru bumi. Entah mengapa, dari semua suku yang tersebar mereka memiliki sifat positif yang hampir sama, yakni gemar mengedepankan dan memanfaatkan otak. Artinya suku yahudi bukanlah orang orang yang hanya menginginkan kekayaan harta, namun yang pasti mereka adalah orang orang yang gemar belajar sehingga mereka merasa kaya ilmu. Di israel ada daerah miskin(bukti bahwa tidak semua yahudi kaya), memiliki keunikan dimana mereka yang rata rata penduduk miskin, namun untuk masalah IQ tidak kalah dengan orang yang berpendidikan untuk usia yang sama jika dibandingkan dengan suku non yahudi.

Dalam Al Quran, telah disebutkan bahwa suku yahudi telah diberkati kecerdasan alami oleh Tuhan. Kecerdasan yang mereka dapatkan sebenarnya bukan karena apa yang mereka makan, bukan karena gizi saat ibu melahirkan, namun karena DNA. Tentang metode pembelajaran dan metode lain suku yahudi yang dapat membuat mereka cerdas hanyalah sebagai sarana dan pemoles ketrampilan serta sarana penjurusan ilmu agar mereka dapat menjadi orang yang tepat di tempat yang layak.

Dalam kehidupan keseharian, seorang yahudi lebih menggunakan rasio dan logika manusiawi dalam menjalankan kegiatan serta menilai hasil karya dan menilai individu lain. Rasio dan logika akan menimbulkan sifat dan sikap ingin menyempurnakan jika ada yang kurang, dan ingin berinovasi jika sistem yang sebelumnya telah sempurna. Ada 2 tipe pembelajaran, yang pertama yakni dari membaca pengalaman orang lain kemudian dipraktikan, kemudian yang kedua melihat, mengamati, menyimpulkan, mencari celah, kemudian mencoba merevisi. Bentuk dari aktifitasnya adalah langsung menuju ke otak, kemudian dirasiokan oleh otak dalam bentuk sebuah jalan keluar yang positif. Karena tidak terlalu menyukai hal hal yang standar, mereka mencoba berinovasi sehingga menghasilkan sesuatu yang beda dengan yang lain. Hasil karya yang terbaik dan berbeda, itulah kebahagiaan menurut yahudi. Jika seorang yahudi adalah seniman, maka dia ingin seninya dikagumi banyak orang, jika dia seorang pengajar akademisi maka dia ingin menjadi orang yang dapat mendidik banyak orang sukses, jika CEO maka dia ingin apa yang telah diusahakanya benar benar profitable, dll. Inilah sisi positif suku yahudi, mereka selalu berusaha baik kepada setiap orang, cinta damai, suka dengan kenyamanan, mereka selalu membimbing semua orang agar tidak terjerumus, mereka logis, mereka sensitif dan tanggap, mereka nalar, mereka juga menjunjung nilai nilai keTuhanan, kemudian mereka juga diberkati tingkat kesabaran yang tinggi.
Diatas adalah sisi positif dari keturunan suku yahudi, kemudian berikut ini adalah sisi lain dari yahudi yang cukup buruk dan bahkan amat buruk, yakni : ketika yahudi kehilangan kesabaranya, mereka sabar karena mereka memaklumi seraya berkeyakinan Tuhan pasti akan membalasnya, namun saat bersabar malah masih ditempa oleh rival masalah yang amat mengusik sisi kenyamanan. Maka berikutnya pasti si yahudi akan membasmi “tanpa pandang bulu” sosok yang membuat mereka tidak nyaman, jika ada pelindung sosok tersebut, yahudi akan menganggap pelindung sosok juga sebagai sasaran pembasmian. Pembasmian terhadap sosok dimaksudkan agar sosok tersebut mengaku bersalah atas apa yang dilakukan selama ini. Yahudi menilai semua hal yang mereka lakukan entah itu tanpa pandang bulu (membabibuta) adalah untuk pesan moral, tidak lebih(bukan materi, atau sisi duniawi lain).

Suku yahudi memang logis, rasional dan manusiawi, namun setiap individu memiliki tingkat logis, rasional dan manusiawi sendiri sendiri, masing masing diantara mereka memiliki sifat individualisme yang berbeda. Misal ada 2 yahudi di blok yang berbeda dengan 1 bidang usaha yang sama, maka mereka tetap akan bersaing hantam hantaman untuk menjadi yang terbaik di bidangnya. Jika keduanya telah menjadi juara dan runner up, persaingan 2 blok tersebut dapat mengakibatkan bidang tersebut tidak akan dapat terkejar oleh blok yang 3, alias perkembangan pesaing akan menuai keterlambatan.
Yahudi memiliki sifat perfeksionisme yang kental, dimana mereka ingin segala hal yang dipandangnya terlihat sempurna secara rasional. Hal seperti ini umumnya susah diterima oleh pihak pihak lain, hal seperti inilah yang membuat yahudi dibenci, mereka minoritas namun mereka punya keyakinan akan sebuah perubahan yang pihak pihak lain menganggapnya mustahil.

Tahukah anda? bahwa setiap anda menggunakan facebook mobile atau jika tidak anda menggunakan browser komputer kemudian tidak mengklik iklan maka sesungguhnya anda telah disumbang oleh pihak facebook.
Tahukah anda? bahwa setiap website termasuk facebook membutuhkan hosting & bandwith yang harganya bukan main mahalnya(untuk website sekelas facebook). Apakah selama ini anda membayar kepada facebook? Anda tidak pernah membayar, bagaimana Mark bisa bertengger di urutan Orang Terkaya Termuda seDunia??
Mengapa Bill Gates melunakkan pembajakan Microsoft?
Tahukah anda ternyata Google selain sebagai sumber informasi terbesar di dunia juga merupakan tempat untuk memperoleh sumber penghasilan yang terbaik di dunia?
Tahukah alasan mengapa Gus Dur sangat favorit di Indonesia padahal beliau kontroversional?

Israel Berencana Pulangkan 'Suku Yahudi Hilang' dari India

Israel Berencana Pulangkan 'Suku Yahudi Hilang' dari India
NAZARETH (voa-islam.com): Pemerintah Israel dilaporkan secara diam-diam menyetujui jalur cepat imigrasi (pemulangan) dari 7.000 suku yang dianggap "Yahudi hilang" , mereka dikenal sebagai Bnei Menashe, saat ini tinggal di daerah terpencil di India.

Rencananya, "orang-orang hilang Yahudi" akan dibawa ke Israel dalam waktu dua tahun oleh organisasi sayap kanan dan organisasi keagamaan, mereka akan ditempatkan di pemukiman Tepi Barat dalam upaya untuk menggagalkan kesepakatan Israel parsial yang akan membekukan sementara pertumbuhan pemukiman.

Bnei Menashe adalah salah satu dari 10 suku Yahudi yang hilang, mereka seharusnya diasingkan dari Timur Tengah 2.700 tahun yang lalu.
Sebuah usaha sebelumnya pernah dilakukan untuk membawa Bnei Menashe ke Israel namun dihentikan pada tahun 2003 oleh Avraham Poraz, menteri dalam negeri pada waktu itu, pada saat itu sebagian besar dari 1.500 imigran yang telah tiba tersebut dibawa ke permukiman ekstremis, termasuk di Jalur Gaza dan Hebron, kota besar Palestina di Tepi Barat.

Dror Etkes, yang memantau pertumbuhan pemukiman Yesh Din, sebuah kelompok hak asasi manusia Israel, mengatakan ada alasan kuat untuk mencurigai bahwa beberapa suku Bnei Menashe yang baru akan ditempatkan di pemukiman ini juga.

"Ada kepentingan bersama yang bisa dieksploitasi di sini," katanya. "Bnei Menashe mendapatkan bantuan untuk membuat Aliyah [imigrasi] sementara pemukiman mendapatkan banyak pendatang baru untuk meningkatkan jumlah mereka, termasuk di pemukiman yang dekat dengan daerah-daerah Palestina di mana kebanyakan orang Israel tidak mau berusaha."

Keputusan pemerintah ini dibocorkan oleh situs terbesar Israel Ynet bulan ini, bahwa Bnei Menashe adalah salah satu dari 10 suku Yahudi yang hilang, mereka seharusnya diasingkan dari Timur Tengah 2.700 tahun yang lalu.

Shlomo Amar, salah satu dari dua kepala Rabi Yahudi Israel memerintahkan sebuah tim dari para rabi untuk pergi ke timur laut India untuk mulai mempersiapkan Bnei Menashe yang mengidentifikasi diri mereka sebagai orang-orang Yahudi untuk segara pindah ke aliran ketat Yudaisme, Ortodoks, sehingga mereka akan memenuhi syarat untuk berimigrasi ke Israel di bawah Hukum Kembali.

Bnei Menashe yang merupakan bagian dari kelompok etnis yang disebut Shinlung, terdiri lebih dari satu juta dan tinggal terutama di negara bagian Manipur dan Mizoram, dekat perbatasan dengan Myanmar. Mereka dikonversi dari animisme ke Kristen oleh misionaris Inggris satu abad yang lalu, tetapi sejumlah kecil mengklaim tetap berhubungan ke Yudaisme kuno.

Rupanya Israel serius akan membanjiri wilayah pendudukan Palestina dengan para Yahudi yang saat ini tersebar di seluruh dunia. Bisa jadi keturunan-keturunan Yahudi itu ada di sekitar kita saat ini.

Yahudi Sekarang Bukan Keturunan Abraham

Klaim kepemilikan atas tanah Palestina oleh bangsa Yahudi berdasarkan berita kitab suci Taurat dan Talmud adalah merupakan klaim sepihak dengan tidak melihat garis keturunan mereka. Bangsa Yahudi yang berdatangan dari negara-negara di Eropa Timur, Jerman, Belanda, Spanyol, Portugal, Timur Tengah dan Asia Tengah ke tanah Palestina setelah Perang Dunia II secara genealogi bukanlah keturunan Abraham atau Nabi Ibrahim As. yang mempunyai anak bernama Ishak As. dan kemudian mempunyai anak Yaqub As (Israil) yang menurunkan bangsa bani Israil (anak-anak Israil/Yaqub).

Hal tersebut dibuktikan oleh sebuah tim arkeologi Rusia yang pada tanggal 30 Juli 2005 melakukan penggalian arkeologi dari abad ke-11 dan 12 berupa bangunan pondok yang dibuat dari batu bata dibakar di Itil, kota Silk Road, yang dulunya merupakan ibu kota Khazar, dekat Astrakha sekitar 800 mil (1280 km) sebelah selatan Moscow, Khazar didirikan sebagai negara feodal pertama di Eropa timur.

Menurut e-mail Kevin Brook, seorang pengarang Amerika dengan buku berjudul “Yahudi dan Khazaria” yang melaporkan bahwa ia sudah mengikuti penggalian di kota Itil menggali selama bertahun-tahun, namun demikian penggalian itu tidak ada menemukan sedikitpun artefak-artefak Yahudi, "Sekarang aku yakin seperti juga seluruh tim arkeologis lainnya bahwa mereka sudah benar-benar menemukan kota yang sudah sangat lama hilang."

Dmitry Vasilyev, seorang pakar arkeologi Rusia yang juga professor dari Astrakhan State University, mengatakan bahwa dia sudah menemukan ibukota kerajaan Khazar yang hilang, sebuah negara kuat di abad pertengahan yang kekuasaannya meliputi pantai-pantai utara dari Laut Hitam hingga Asia Tengah dan para pemimpinnya mengadopsi Judaisme (agama Yahudi) sebagai agama negara. Bangsa Khazar adalah bangsa yang tangguh yang mengadopsi agama Judaisme (agama Yahudi) sebagai agama resmi negara lebih dari 1.000 tahun yang lalu, hanya untuk menghilangkan jejak kecil yang ditinggalkan oleh kebudayaannya.

Khazar adalah anak suku dari bangsa Turkic yang menjelajahi padang rumput dari China Utara ke Laut Hitam. Di antara abad ke-7 dan 10 mereka menaklukkan wilayah luas yang meliputi selatan Rusia dan Ukraine sekarang, termasuk pegunungan Caucasus hingga Asia Tengah sampai Laut Aral.

Dinasti dan kebangsawanan para Khazar itu yang kemudian dikonversi menjadi Judaisme di abad ke-8 atau 9. Vasilyev berkata jumlah yang terbatas dari artifak keagamaan Yahudi seperti mezuzas dan Bintang Daud yang ditemukan pada lokasi-lokasi Khazar yang lain membuktikan bahwa orang-orang Khazars pada umumnya atau rakyat jelatanya lebih menyukai kepercayaan-kepercayaan tradisional seperti shamanism, atau agama-agama yang baru diperkenalkan termasuk Islam.

Yevgeny Satanovsky, direktur Middle Eastern Institute (Institut Timur Tengah) di Moscow percaya bahwa kalangan elite dari kerajaan Khazar memilih Judaisme di luar kerangka politis - untuk tetap tidak terikat dengan negara Muslim dan Kristen yang menjadi tetangganya. Mereka memeluk Judaisme karena mereka ingin tetap netral, seperti Switzerland sekarang ini.

Secara khusus orang-orang Khazar menentang perpindahan bangsa Arab ke pegunungan Caucasus dan berperan sebagai penolong bagi bangsa Eropa atas desakan Muslim dari timur. Ia membandingkan peran bangsa Khazar di Eropa timur seperti para bangsawan Prancis yang mengalahkan tentara Arab di peperangan Tours di Prancis tahun 732.

Khazars berhasil membendung serbuan Arab, tapi kemudian dalam perluasan negara, Rusia berhasil menaklukkan kerajaan Khazar di akhir abad ke-10. Syair-syair kepahlawanan (epik) bangsa Rusia di abad pertengahan menyebutkan perihal perkelahian para pejuang Rusia dengan para "Raksasa Yahudi."

Dilihat dari segi etnik, Yahudi Ashkenazi adalah satu jalur keluarga yang dapat ditelusuri sampai kepada Bangsa Yahudi dari Eropa Tengah dan Timur. Untuk perkiraan kasar selama seribu tahun, Ashkenazim itu adalah sebuah populasi reproduktif yang diasingkan di Eropa, meskipun tinggal di banyak negara, dengan sedikit arus migrasi masuk dan keluar, konversi, atau perkawinan campuran dengan golongan lain, termasuk Yahudi yang lain. Pakar genetik manusia sudah mengenali variasi genetik di mana terdapat frekwensi yang tinggi di antara Yahudi Ashkenazi, tetapi bukan di dalam populasi orang Eropa pada umumnya.

Suatu studi oleh Mikhael Seldin, seorang pakar genetika dari Sekolah Kedokteran Davis, Universitas California, menemukan dengan jelas bahwa Yahudi Ashkenazi merupakan subgrup genetik homogen yang relatif. Yang menarik, dengan mengabaikan tempat dari asal-muasalnya, Yahudi Ashkenazi dapat dikelompokkan di dalam kelompok genetik yang sama - dengan mengabaikan apakah seorang nenek moyang Yahudi Ashkenazi datang dari Polandia, Rusia, Hungaria, Lituania, atau tempat lain di manapun dengan suatu populasi historis Yahudi, mereka termasuk ke dalam kelompok etnik yang sama.

Dari perkiraan 88 juta orang Yahudi yang tinggal di Eropa pada awal Perang Dunia II, mayoritas terdiri dari Yahudi Ashkenazi, sekitar 6 juta – atau lebih dari dua pertiga – yang secara sistematis dibunuh di dalam Holocaust. Ini termasuk 3 juta dari 3,3 juta Yahudi di Polandia (91%), 900.000 dari 11 juta Yahudi di Ukraine (82%) dan 50-90% dari Bangsa Yahudi di negara-negara Slavic lainnya, Jerman, Prancis, Hungaria, dan negara-negara Baltic. Komunitas Yahudi Sephardi (berasal dari Spanyol dan Portugal) menderita karena mengalami pemusnahan yang serupa di beberapa negara, termasuk Yunani, Belanda dan Yugoslavia. Banyak dari Yahudi Ashkenazi yang menyelamatkan diri dengan berpindah ke luar negeri seperti Israel (tanah Palestina), Australia, dan Amerika Serikat setelah peperangan.

Dewasa ini, Yahudi Ashkenazi melembagakan diri sebagai kelompok yang paling besar di antara Yahudi, tetapi merupakan minoritas kecil dari Yahudi Israel (lihat Demographics dari Israel). Bagaimanapun, mereka sudah memainkan suatu peran yang terkemuka di dalam ekonomi, media, dan politik di Israel karena perannya dalam pendirian negara Israel. Ketegangan-ketegangan kadang-kadang muncul di antara Yahudi yang tradisional dari Timur Tengah (Sephardim dan Mizrahim) dan kelompok Yahudi Ashkenazim dari Eropa yang mendirikan negara Israel. Kemudian imigran dari kelompok non ashkenazi yang datang belakangan kadang-kadang mengakui bahwa mereka mengalami diskriminasi di bidang pendidikan, kesempatan kerja atau penghasilan, perumahan dan di bidang-bidang lainnya.

Jadi para pendiri negara Israel sebagai negara Zionis yang modern bukanlah Semitic keturunan dari Abraham, Ishak dan Yakub akan tetapi adalah kelompok etnik dari Eropa bagian Timur yang mengkonversi diri mereka menjadi Judaisme di Abad Pertengahan. Mereka ini - yang terlibat dalam pembentukan negara Zionis Israel – ternyata tidak pernah tinggal di Palestina sebelum mereka datang di tahun 1947, jadi tidak berhak mengakui tanah Palestina sebagai warisan leluhurnya. Orang Arab Palestina, Yahudi dan orang-orang Kristen yang merupakan penduduk asli di Palestina telah hidup tenang bersama-sama untuk selama berabad-abad sebelum akhirnya bangsa Yahudi Ashkenazim dari Eropa mengambil alih Palestina atas mandat PBB di tahun 1947.

Potret Seorang Etnis Keturunan Yahudi di Surabaya

Agresi militer Israel ke Palestina yang disertai gelombang demonstrasi anti-Yahudi di Indonesia membuat etnis Israel di Surabaya merasa was-was. Jika selama ini mereka sengaja menutupi identitas, kini mereka semakin menghindari hal-hal yang berpretensi memunculkan identitas mereka.
Sebagai kota besar dan multikultur yang dihuni beragam etnis, Surabaya tak lepas dari migrasi etnis-etnis dari luar kota maupun mancanegara. Salah satu etnis pendatang yang dimaksud adalah etnis Israel, atau lebih dikenal Bani Israel dan atau Yahudi. Berdasarkan investigasi Surabaya Post, diketahui sedikitnya terdapat 20 etnis Israel, termasuk keturunannya. Etnis yang identik dengan agama Yahudi tersebut bermigrasi sejak jaman kolonial Belanda dan menetap hingga kini.
“Nenekku asli Yahudi. Sebelum di sini ia ada di Baghdad,” kisah Haddasah, bukan nama sebenarnya, generasi ketiga etnis Israel bermarga Barr yang tinggal di Surabaya. Menurut Hadassah, neneknya bermigrasi dari Baghdad sesaat sebelum terjadi Perang Dunia II ketika sentimen anti-Yahudi merebak ke hampir seluruh benua.
“Nenek bersama saudara-saudaranya pergi ke Indonesia, tepatnya di Manado. Aku gak tahu kenapa, tapi ceritanya begitu,” lanjutnya. Dari Sulawesi, etnis tersebut pindah ke Surabaya dan tinggal di kawasan Pasar Besar.
“Nenek tidak bisa bahasa Indonesia. Sehari-hari memakai bahasa Israel (Ibrani, red) atau paling tidak bahasa Belanda,” ujarnya. Di masa kolonial Belanda, etnis Israel diperlakukan sebagai ekspatriat sehingga mendapat jaminan keamanan dan dana dari pemerintahan Hindia-Belanda. Itulah mengapa, lanjut Hadassah, neneknya lebih mampu berbahasa Belanda daripada bahasa Indonesia.
Hadassah menyebutkan setidaknya terdapat dua keluarga, yakni etnis Israel bermarga Barr dan Seyer yang tinggal di Surabaya. Meski begitu, tidak semua etnis Israel mencantumkan marga tersebut dalam Kartu Tanda Penduduk.
“Mereka lebih suka memasang marga dari pasangannya, atau tidak sama sekali,” lanjutnya. Sedikitnya jumlah etnis Israel di Surabaya membuat mereka melakukan perkawinan beda etnis. Karena itulah sistem kekerabatan beralih mengikuti pihak laki-laki. Marga baru bisa diketahui saat etnis tersebut meninggal dunia. Dari hasil investigasi di makam Yahudi di Kembang Kuning, didapat sejumlah marga seperti Seyer, Barr, Benjamin, Solomon, dan lain sebagainya. Di petak kecil itu juga nenek Hadassah dimakamkan bersama lima puluh etnis Israel-Yahudi lainnya.
“Sebenarnya Yahudi ama Islam tuh banyak kesamaannya. Makamnya harus menghadap kiblat dan dibungkus dengan kain kafan. Kalau muslim disemayamkan di masjid, nenekku dulu di Sinagogue,” kisahnya.
Praktik keagamaan yang mirip Islam itu tidak pernah dikenal publik. Etnis Yahudi di Surabaya sangat tertutup dan sengaja menghindari publikasi atau hal-hal yang membuat keberadaannya terusik. Hadassah membenarkan hal tersebut.
“Karena minoritas ya,” ujarnya.
Hadassah merupakan putri dari pasangan Jawa-Yahudi yang dibesarkan dalam kultur Jawa. Ibunya adalah seorang Yahudi asli. Sekilas, orang yang melihat tak akan menyangka ia keturunan Yahudi. Parasnya seperti gadis blasteran Arab. Namun jika orang mengerti makna atau asal namanya, pasti mengerti ia bukan keturunan Arab.
“Namaku (asli, red) memang terdengar aneh. Itu nama seorang pujangga Yahudi. Tapi pujangga Yahudi yang mana, abad berapa, aku nggak ngerti,” ujarnya.
Meskipun mempunyai ibu seorang Yahudi, Hadassah mengaku dibesarkan dalam kultur Jawa. Ayahnya membatasi dia dan saudara-saudaranya untuk seminimal mungkin mengenal kultur Yahudi.
“Dari kecil terdoktrin aku itu orang Jawa. Dan ayahku bilang budaya mereka (Yahudi, red) itu ga ada bagus-bagusnya. Itu terdoktrin ke aku juga,” ujar alumni salah satu Universitas Negeri terpandang di Surabaya itu. “Pas ada perang-perang gitu, ayahku pasti bilang, tuh lihat Israel, Yahudi, orangnya jahat-jahat. Kalau sudah begitu mamaku pasti bilang, lha mau bagaimana lagi, bukan mauku juga jadi orang Yahudi,” lanjutnya sambil tersenyum.
Hadassah mengisahkan saat kanak-kanak dirinya memiliki perbedaan fisik di antara teman-temannya. Rambutnya kemerahan, alis tebal membingkai matanya yang berwarna coklat, dan kulitnya tak lazim bagi anak Jawa.
“Saat SMP aku dipanggil bucep, bule cepak,” katanya.
Wajahnya yang khas membuat orang yang berkenalan dengannya ingin mengetahui asalnya. Apalagi nama Hadassah juga mengundang orang bertanya lebih lanjut.
“Waktu aku kecil, misalnya. Kalau kebetulan aku lagi ke mall, ada yang tanya namanya siapa, kok namanya aneh, orang mana? Ayahku langsung nyela, orang Jawa kok. Hal-hal kecil, tapi cukup baguslah untuk mendoktrin bahwa aku tidak ada keturunan Yahudi.”
Hadassah kecil tak sempat tahu apa yang dimaksud Yahudi. Ia hanya mengenal beberapa tradisi Yahudi dari ibunya.
“Ada kebiasaan-kebiasaan kita harus menaruh air seni kita di wajah. Soalnya mama dulu begitu. Tapi aku tidak mau,” tuturnya. Ibunya berkata hal itu wajib bagi setiap wanita Yahudi. “Mama bilang itu namanya mencium bumi. Tapi nggaklah, tidak ada logisnya buat sehari-hari,” lanjutnya.
Secara kultural, Hadassah dihadapkan pada pilihan yang tidak mudah. Budaya ayahnya yang seorang Jawa mengharuskan ia mengkuti garis kekerabatan pihak ayah (patrilineal); sedangkan sistem kekerabatan Israel mengharuskan ia mengikuti garis ibu (matrilineal). Hadassah mengaku tidak mau ambil pusing dengan keadaan itu.
“Aku lebih suka jadi orang Jawa, meskipun sebenarnya gak bisa begitu juga, soalnya ibuku Israel,” ucapnya.
Dalam keagamaan, Hadassah dididik muslim oleh ayahnya. Meski begitu, ia juga sering diajak oleh mamanya di sebuah gereja Yahudi di Surabaya. Hal itu membuat ia merasakan konflik batin, terutama saat ia menginjak SMU.
“Aku tuh milih Islam itu proses. Nggak gampang sih. Ibuku non, kemudian ayahku yang muslim. Pasti ada kegamangan tertentu. Semakin besar itu SMA. Saat itu mulai aku sadar, apa yang harus aku pilih.”
“Kenapa Islam, karena aku merasa nyaman di situ,” jelasnya.
Hadassah juga menceritakan pengalamannya bertemu dengan komunitas agama Yahudi di Surabaya. Ia mengaku kaget banyak pemeluk agama Yahudi justru bukan dari etnis Israel melainkan Jawa.
“Sebel juga waktu mereka bilang, kita yang bukan yahudi saja rajin berdoa di hari sabath, kenapa mbak yang Yahudi asli ga pernah. Eh, itu kan pilihanku juga..” ujarnya. Hadassah menjelaskan bahwa tidak semua etnis Israel yang ada di Surabaya memeluk agama Yahudi. Sebagian besar memeluk Nasrani atau Islam.
“Yang masih Yahudi itu tante, yang mengurus Sinagogue di Jalan Kayun,” ujarnya.
Ditanya pendapatnya tentang banyaknya demonstrasi anti-Yahudi, Hadassah mengaku cukup was-was. Ia juga mengatakan kerabat dari pihak ibu memilih lebih berhati-hati, terutama saat doa sabath. Ia tak ingin kejadian yang dialami oleh Sarah, tantenya, turut menimpa dirinya.
“Tante Sarah yang di Sinagogue pernah dilempari batu dan rumahnya diancam akan dibakar,” ujarnya.
Karena itulah ayahnya selalu mengingatkan dia agar tidak membuka identitas Israelnya.
“Tuh lihat orang Yahudi. Kalau di luar, jangan bilang kamu orang Yahudi. Jadi seperti apa kamu nanti,” kisahnya.
Hingga kini, Hadassah yang bekerja di sebuah perusahaan asing itu mengaku masih menutupi identitas Israelnya. Setiap berkenalan dengan orang, ia tidak pernah mengatakan identitas dari pihak ibu itu.
“Melihat mukaku, banyak yang menebak aku orang Arab atau Pakistan. Aku cuma bilang aku orang Jawa. Bagiku itu sudah cukup. Aku nggak mau ribet,” pungkasnya.
Tidak terdata
Kecuali dalam buku “Masuk Kampung Keluar Kampung” tulisan Akhudiat yang sedikit menyebut komunitas etnis Yahudi di Surabaya, sulit menemukan informasi mengenai komunitas tersebut di Surabaya. Beberapa situs seperti Synagogue di jalan Kayun serta makam Yahudi di Kembang Kuning juga tidak memberikan keterangan apapun selain bukti bahwa mereka “pernah ada” yang ternyata memang “masih ada”. Investigasi Surabaya Post ke beberapa Universitas yang memiliki program studi sejarah juga tidak mendapat data signifikan terkait diaspora, interaksi sosial, dan perkembangan etnis Israel di Surabaya. Etnis Israel tak tertera dalam peta sosio-kultural Surabaya, meskipun mereka sesungguhnya ada sejak masa kolonial Belanda.
Dosen Sastra Timur Tengah Fakultas Ilmu Budaya Unair, Mochamad Ali, S.S., M.A.Min mengatakan, tidak menembus komunitas etnis Israel dan agama Yahudi di Surabaya.
“Mereka sangat tertutup. Sangat eksklusif,” ujarnya. Dosen yang berguru bahasa Ibrani pada salah satu etnis Israel di Surabaya dan menulis penelitian Melacak bahasa dan asal emigrasi Yahudi di Indonesia: Sebuah kajian naskah Ibrani‘Berkhot syemayim’ itu mengatakan masyarakat harusnya lebih dulu mengerti tentang Yahudi sebelum memberi penilaian. Terlebih saat isu Yahudi merebak bersama perang Gaza akhir-akhir ini.
“Yahudi itu meliputi tiga aspek. Yahudi sebagai agama, etnis, dan politik,” ujarnya. “Tidak semua yang Yahudi itu Zionis. Bahkan, di Amerika pun ada Yahudi yang muslim,” lanjutnya. Di Surabaya, pada khsusnya, dan Indonesia pada umumnya, lanjut Pak Ali, masyarakat belum sampai pada pemahaman seperti itu.
“Yang pasti, kita semua ingin damai, dan tidak ada kekerasan,” pungkasnya.